BOLASKOR.id, – Cristiano Ronaldo terang-terangan meragukan kemampuan Ralf Rangnick dalam menangani klub sebesar Manchester United. Megabintang Portugal itu punya alasan kuat menyatakan hal tersebut.
Manchester United menunjuk Rangnick sebagai pelatih interim pada akhir November 2021. Ia mengisi posisi Ole Gunnar Solskjaer yang dipecat.
Banyak pihak menilai Rangnick orang yang tepat untuk membenahi Manchester United. Reputasi sebagai pencetus taktik gegenpressing dan guru dari Thomas Tuchel hingga Jurgen Klopp menjadi modal utamanya.
Namun pada akhirnya, Rangnick tak bisa berbuat banyak. Manchester United mengakhiri musim 2021-2022 tanpa gelar juara dan gagal menembus zona Liga Champions.
Manchester United kemudian tidak melanjutkan kerja sama dengan Rangnick. Sebagai gantinya, Erik ten Hag dibajak dari Ajax Amsterdam.
Ronaldo tercatat bermain di bawah asuhan Rangnick selama lebih dari enam bulan. Dalam periode yang singkat tersebut, ia dapat memberikan penilaian terhadap kinerja sang juru taktik.
“Saat Anda memecat Ole Gunnar Solskjaer, anda harus membawa manajer top, bukan direktur olahraga. Tentu saja, saya menghormatinya (Rangnick) dan kami harus memanggilnya bos karena dia menerima pekerjaan itu,” kata Ronaldo dalam program wawancara Piers Morgan Uncensored.
“Namun pada akhirnya, saya tidak pernah melihatnya sebagai bos karena saya melihat beberapa poin yang tidak pernah saya sepakat (dengannya).”
Sebelum menangani Manchester United, Rangnick memang lebih sering mengambil pekerjaan sebagai direktur olahraga. Namun ia tetap dianggap pelatih yang punya filosofi permainan sendiri.
Namun tampaknya filosofi Rangnick tidak cocok dengan Ronaldo. CR7 bahkan membuat perbandingan dengan deretan pelatih top yang pernah menanganinya.
“Saya menghormati pelatih mana pun dan mereka punya pendekatan berbeda, pendapat berbeda, mentalitas berbeda.
Saya selalu berada di sisi pelatih terbaik dunia seperti Zidane, Ancelotti, Mourinho, Fernando Santos, dan Allegri, jadi saya memiliki pengalaman karena saya belajar dari mereka,” tambahnya.
“Saya tidak setuju saat ada pelatih yang datang, mereka ingin merevolusi sepakbola. Mereka boleh setuju atau tidak tetapi itu bagian dari bisnis karena pada akhirnya, saya berada di klub untuk menang.”
-